Sahabat Wisnoe . . . .
ada banyak lembaran yang berserakan dimuka bumi ini yang sekarang baru ditemukan oleh orang zaman sekrang diantaranya ialah manuskrip al-Qur'an yang terdapat di Lombok, kondisi terakhir ialah sebagai berikut:
a. Sejarah
Penulisan
Masalah sejarah
penulisannya sangat erat kaitannya dengan kedatangan para penyebar agama Islam
di wilayah ini. Namun ada saling silang pendapat tentang hal ini.
Jalaluddin Arzaqi
mengatakan, Islamisasi di Lombok telah terjadi pada awal abad ke-14. Didasarkan
pada peninggalan Majapahit di Desa
Sembalun dan kompleks perumahan yang berjumlah 7 buah sebagai peninggalan
keturunan Majapahit yang menerima Islam dari Demak dan kemudian hijrah ke
Lombok.
Menurut buku Profil
Propinsi RI. Nusa Tenggara Barat, Islam masuk pada pertengahan abad ke-15.
Tetapi penulisan Al-Qur’an, H. Usri Indah H berpendapat bahwa hal itu
berlangsung sejak abad ke-17 berdasarkan jenis kertas yang digunakan.
Sedangkan menurut Lalu
Gede Suparman, Islam datang lewat ekspedisi Sunan Prapen beserta para santri ke
Lombok dan Sumbawa pada abad ke-16 untuk mengislamkan Raja Selaparang.
Naskah yang ditemukan
di Lombok
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, bahwa di Lombok
hanya ditemukan dua mushaf al-Qur’an yaitu dari sapit dan monjok. Dua naskah
itu mempunyai kemiripan dengan 15 naskah yang ada di museum negeri NBT di Lombok.
Ciri-ciri keduanya mempunyai kesamaan, antara lain dalam tulisannya menggunakan
khat naskhi, rasm imlai, tidak mempunyai kolofon, dan kemungkinan ditulis pada
abad ke-17-19 M.
1.
Naskah
I : Mushaf Safpit, Lombok Timur
Desa Sapit, kecamatan Suela, Lombok Timur, adalah sebuah
desa di pinggir gunung Rinjani. Jarak dari kota Mataram sekitar 80 km, dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat.sedang dari kota Seong, ibu kota Lombok
Timur sekitar 30 km.
Masyarakat ini manyoritas beragama islam. Hanya saja,
sebagaimna disebutkan oleh lulu Gede Suparman, kebanyakan mereka masih sangat
sedikit memahami ajaran Islam yang benar. Mereka menganut paham waktu telu dan
masih sangat terpengaruh kepercayaan local.
Tahun 1967 masyarakat sapit memulai era baru dengan
membuka kembali mushaf al-Qur’an kuno dan mulai juga mengerjakan rukun islam,
diantaranya sholat lima waktu dan lain sebagainya.
Al-qur’an kuno di simpan oleh H. Awaluddin atau Amak
Nurmanih (51 tahun), amil desa sapit, yang al-Qur’an tersebut sebelunya dismpan
oleh Amak Aliyah sebagai tadrisi pemegang jabatan penghulu desa, sementara
sebelum Amak Aliyah penghulu dijabat oleh Amak Sarilin.
Penulisan al-Qur’an secara pasti tidak diketahui
kemungkinan kapan mushaf itu ditulis oleh penulisannya, namun ada kemungkinan
bahwa mushaf itu ditulis dan dibawa dari pulau jawa. Hal ini berhungan dengan islamisasi
daerah ini yang dilakukan oleh sunan Pengging dan pengikutnya. Penulisan mushaf
ini banyak kesamaan dengan mushaf yang ada di NTB, antara lain tidak ada tanda
waqaf, 15 baris dan menggunakan dua garis pinggir.
Mushaf sapit ini sudah sejak lama dan selalu dirumah
penghulu desa serta mushaf tadi tidak pernah dibuka apalagi dibaca, karena
masyarakat sana menganggap al-Qur’an sebagai barang keramat yang dapat menahan
bala, memberikan keberkahan terhadap desa itu. Apabila hendak membuka mushaf itu pun dengan keperluan baik pula
tentunya, seperti membacanya ataupun menelitinya maka perlu terlebih dahulu
mengadakan ritual seperti memotong kambing atau paling tidak ayam disertai
dengan doa-doa.
Al-qur’an di buka dan dibaca pada awal 1967 oleh penghulu
Amak Aliyah atas petunjuk gurunya, yaitu Tuan Guru Zainuddin dari memben. Tuan
guru inilah yang sangat dikenal di Mataram, dan merupakan penyiar agama islam
di Lombok.
Peristiwa mulai dibuka
dan dibacanya al-qur’an tersbut memjadi momentum yang sangat berharga bagi
masyarakat islam desa sapit, karena berbarangan dengan peristiwa itu mayarakat
desa sapit mulai mengenal rukun islam,seperti sholat lima waktu dan sebagainya.
Aspek Kodikologis
1.
Sampul
Sampul terbuat dari
kulit binatang, kondisinya sudah rusak, sebagai
gantinya menggunakan kain kapeng. Untuk menjaga supaya tidak rusak, selain
dibungkus dengan kain, juga diletakkan di dalam peti kayu yang kuat. Penjilidan
pun digunakan jahitan dengan benang dan bagian belakang diberi kain.
2.
Ukuran
Al-Qur’an ini berukuran
17x20 cm, sementara isinya 11,5x18 cm, ketebalan 7cm. jumlah halaman sebanyak
50, tanpa nomor halaman. Jumlah baris pada tiap halaman 15 baris, kecuali di
awal halaman yaitu surat al-Fatihah dan albaqorah hanya 7 baris, dan dan
dihalaman akhir yang terdiri dari surah al-‘alaq dan an-annas masing-masing 5
baris.
3.
Iluminasi
Hiasan digunakan pada
halaman awal, tengah (al-Kahfi) dan akhir (an-annas dan al-‘alaq), menggunakan
ornament dari bunga dan daun yang berangkai mengitari pinggir tulisan bagian
luar. Warna hiasan merah, biru dan hitam. Hiasan hanya terdapat di halaman
depan dan belakang yang jumlah barisnya 7 dan 5 baris, sementara di surah
al-kahfi hanya dibuat kotak empat persegi panjang yang bagian bawa dan atas
menggunakan dua baris yang sejajar.
Aspek tekstologi
Cirri
umum dari tulisan ini adalah:
1.
Tulisan yang
digunakan adalah naskh, kecuali pada penjelasan nama surah, keterangan nuzul
dan keterangan jumlah ayat. Ketiganya menggunakan tulisan khas tanpa harakat ,
berwarna merah.
2.
Al-Qur’an tidak
menggunakan nomor ayat, nomor halaman dan nomor surat.
3.
Rasm yang
digunakan ialah rasm imlai’/ isthilahi, kecuali beberapa kata menggunakan rasm
usmani.
4.
Setiap penulisan
ya akhir yang mati (sakin) menggunakan titik dua pada waktu wasal.
5.
Setiap harakat
fathah lam pada kata Allah dan illah penulisannya menggunakan fathah miring,
tidak menggunakan fathah berdiri.
6.
Bunga berwarna
merah menandakan awal juz, sementara pada bagian luar halaman yang sejajar
dengan baris awal juz, diberi tanda merah dengantulisan juzz.
Kekurangan dan
kesalahan
a.
Dalam penulisan
kaidah bahasa arab bahwa satu lafadz tidak boleh diletakkan dalam dua
baris, dan ini terjadi di mushaf itu.
b.
Adanya kesalahan
dalam menulis huruf serta member tanda titik maupun harakat.
c.
Kekeurangan /
ketinggalan kata atau kalaimat dalam ayat.
Naskah II : Mushaf
Monjok, Kebondaya
Al-Qur’an ini ditemukan
di desa monjok, kebondaya, Mataram. Mushaf disimpan oleh keturunan ke-delapan
sunan sudar yaitu Amat Amat. Bersama al-Qur’an ini juga ditemukan tiga kitab
tulisan sunan sudar, yaitu kitab martabat tujuh, dan kitab lainnya tidak
ditemukan judulnya.
Aspek Kodikologis
1.
Sampul
Sampul mushaf ini
terbuat dari kulit binatang. Dan telah mengalami kerusakan yang amat parah,
bahkan terkoyak-koyak. Warnya pun menjadi hitam dan penuh lubang kecil,
sehingga sangat sulit untuk di fhoto. Jilid yang digunakan jahitan dengan
bagian belakang menggunakan kain. Halaman awal dan akhir mengalami kerusakan.
Naskah mushaf diletakkan disebuah peti.
2.
Ukuran
Al-qur’an berukuran
17x25 cm, isinya 11,5x17,5 cm dengan ketebalan 7 cm. jumlah lembaran 592
halaman, pada tiapa halaman tidak diberi nomor. Jumlah baris tiap halaman 15
baris, kecuali pada halaman awal dan akhir.
3.
Iluminasi
Pada halaman awal
menggunakan hiasan gunungan atau segitiga yang didalamnya dihiasi dengan bunga.
Pada bagian tengah dihiasi dengan deretan kubah berbentuk kerucut. Pada akhir
menggunakan ornament bunga dan daun yang berangkai mengitari halaman bagian
luar. Kesemuanya berwarna merah, biru dan hitam, dan warna merah mendominasi
seluruh hiasan.
Untuk hiasan surah terdiri dari kotak empat persegi
panjang yang menggunakan dua baris yang sejajar. Kaligrafi yang di gunakan
untuk menulis surah, tempat nuzul dan ayat menggunakan tulisan tanpa harakat.
Sementara ayat menggunakan lingkaran merah dan tidak ada nomor ayat. Pada akhir
ayat terdapat tanda waqof tho bewarna merah.
Aspek Tekstologi
1.
Tulisan yang
digunakan adalah naskh, kecuali pada penjelasan nama surah, keterangan nuzul
dan keterangan jumlah ayat. Ketiganya menggunakan tulisan khas tanpa harakat ,
berwarna merah.
2.
Al-Qur’an tidak
menggunakan nomor ayat, nomor halaman dan nomor surat.
3.
Rasm yang
digunakan ialah rasm imlai’/ isthilahi, kecuali beberapa kata menggunakan rasm
usmani.
4.
Setiap penulisan
ya akhir yang mati (sakin) menggunakan titik dua pada waktu wasal.
5.
Setiap harakat
fathah lam pada kata Allah dan illah penulisannya menggunakan fathah miring,
tidak menggunakan fathah berdiri.
6.
Awal juz
terletak dimana-mana, bisa terletak dibaris bawah ataupun atas tergantung
dengan juz sebelumnya.
Kekurangan dan
Kesalahan
a.
Adanya ketidak
tepatan dalam menyambung kata pada ujung baris.
b.
Adanya kesalahan
penulisan harakat.
c.
Kekurangan kata
atau kalimat diletakkan di pinggir baris.
Good mas hehe
BalasHapusKunjungi yg laennya juga ya..........
BalasHapusthank tas kunjungannya......
Terima Kasih atas share tentang mushafnya,,,bisa ngak nemenin saya ke sapit...kebetulan saya pengin melihat secara langsung Mushafnya.. ma kasih
BalasHapus