Home » » BANYUASIN TAK SEDULANG TAK SETUDUNG

BANYUASIN TAK SEDULANG TAK SETUDUNG


Sahabat Wisnoe . . . .
Pada hari ini kita akan berkicauria mengenai kabupaten Banyuasin, yaitu kabupaten yang baru baligh, yang terlahir dari pasangan Musi dan Banyuasi (MUBA). 12 tahun dari kelahirannya sampai sekarang kabupaten tak ada hal yang penting dilakukan oleh pemerintahnya, juga tidak ada inprastruktur masyarakat yang yang bisa digunakan untuk kepentingan bersama, juga berbagai macam bentuk penyelewengan juga kerap dijadikan hajatan bersama. Istilah Banyuasi sedulang setudung hanya sebagai slogan, kata-kata mutiara yang bersampingan dengan kata Banyuasin.

Banyuasin sedulang setudung, sebenarnya memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya diartikan sedulang itu dengan senampan atau pun sewadah, tetapih lebih luas dari situ, sedulang adalah serumpun, setempat, setanah, sedaerah, sekabupaten, dan se-se yang lainnya. Disebut sedulang karena kita satu daerah yang berdomisili yang sama, yaitu daerah kabupaten Banyuasin. Setudung adalah seatap, selangit dan lainnya. artinya setudung jika dipahami lebih luas lagi bahwa masyrakat Banyuasin itu sama dengan masyarakat Banyuasin yang lainnya, tidak ada yang membedakan ras Sidang Emas, ras Galang Tinggi, ras Tebing Abang, ras Pengumbuk, ras Rimba Alai, ras Ujung Tanjung, Sukajadi, Langkan, Sembawa, Betung, Paldas dan wilayah-wilayah Banyuasin lainnya. Jika kita simpulkan bahwa slogan Banyuasin sedulang setudung itu hampir sama maknanya dengan kata-kata sang proklamator bangsa, Bung Karno, yaitu dimana bumi ditempati, disitu langit di junjung.

Namun kenyataannya slogan itu tidak demikian, slogan yang manis dan mengesankan itu hanya menjadi pajangan dan spanduk poster, slaogan itu hanya berlaku bagi Inoed dan aparat pemerintahannya. Rakyat kecil yang seharusnya harus disedulangi dan disetudungi, malah dibiarkan dan ditelantarkan. Suara-suara rakyat hanya dijadikan angin lalu, saran-saran orang bijak hanya dijadikan petuah belaka dan yang lebih menyedihkan lagi kekacauan terus merajalela dan telah mendarah daging sendiri. Pantaskan kabupaeten yang kaya raya dengan alam dan suber daya manusianya ini disebut sedulang setudung? jika kita lebih mengamati lagi dan berkhayalria, maka kata sedulang setudung itu pantas disematkan kepada Banyuasin, namun secara realita dan faktanya tidak sesuai dan perlu dikaji ulang. Yang pantas disandingkan dengan kata Banyuasin sekarang adalah tak sedulang dan tak setudung. Namun, kami tak mau kabupaten tercinta ini disandingkan dengan kata demikian, karena kami benar-benar cinta tanah air kami dan kami sangat menghormati bangsa leluhur kami, namun apala daya jika kenyataan dan faktanya demikian, semua dikarenakan oleh tangan-tangan manusia yang tak bermoral dan beradab yang mencoba mengatur wilayah kita sekendak perut mereka.

Semoga semua ini ada hikmahnya, karena kejadian serta fakta yang telah berlalu ini tidak boleh kita biarkan terus berkembang dan merajalela, harus ada fakta baru demi kemajuan, harus ada perubahan demi kemashlahatan, dan harus ada yang baru demi terciptanya masyarakat madani, makmur, aman, dan berkepribadian. 
Demikianlah sahabat Wisnoe . . . .  
Nostalgia waktu mengikuti acara MTQ Tingkat Kecamatan Banyuasin III, Kab. Banyuasin

1 komentar:

  1. Banyuasin Banyuasin SMG di bawah ke pemimpinan BPK bupati askol lani menjadi lebih baik lagi itu harapan masyarakat husus nya rantau Bayur semuntul

    BalasHapus

Total Tayangan Halaman

Entri yang Diunggulkan

SIDANG EMAS, DESA YANG PUNYA SEGALANYA

Sahabat Wisnoe ...... Pada kesempatan ini, Sabtu 21 Oktober 2017 pukul 10:42 kita akan membicarakan sedikit tentang desa kelahiran...

Diberdayakan oleh Blogger.