PALEMBANG (10 Mei 2019, 12:47) Pada zaman nabi Muhammad SAW, dulu ada seorang pemuka Qurays yang sangat terkenal sehingga diabadikan ke dalam al-Qur'an. Tokoh tersebut ialah Abu Lahab, tak lain adalah paman Rasulullah SAW. Abu Lahab dikenal dengan kelantangannya menganggu, mengancam bahkan tidak segan membunuh siapa saja yang mengikuti dakwah Rasulullah SAW. Cara-cara yang dipertontonkan Abu Lahab terkesan sangat kejam dan brutal, karena yang dihadapinya ialah anak dari saudaranya sendiri.
Jika terdengar kabar ada yang masuk Islam, Abu Lahab langsung mengejeknya bahkan langsung memboikotnya dari tanah Arab, bahkan hidup orang yang bersangkutan langsung dimiskinkan secara sosio-kultural oleh Abu Lahab dan Koloni. Kekejaman demi kekejaman Abu Lahab seakan menjadi momok mematikan dakwah nabi SAW. Namun, nabi SAW tidak pantang menyerah dan selalu Istiqomah berdakwah menyebarkan agama Islam walau nyawa sebagai taruhannya. Buah dari perjuangan nabi SAW tidak sia-sia, akhirnya sang paman menyerah dan terbunuh di Perang Badar.
1440 tahun berlalu dari masa kenabian menuju era 4.0, keberadaan Abu Lahab ternyata lebih eksis lagi sekarang. Banyak mengira ketika Abu Lahab terbunuh di perang Badar, maka hangus pula segala bentuk kekejaman serta kebrutalannya. Kenyataannya sekarang ia berinkarnasi di dalam tubuh-tubuh orang yang benci dengan agama Islam, atau kami istilahkan dengan Abu Lahab Modern.
Abu Lahab Modern tidak menyatakan perang secara terbuka dengan Islam, tidak terang-terangan membenci Islam, bahkan ia sangat agamis dan toleran terhadap Islam. Namun, dibalik itu semua ada udang dibalik batu yang harus siap-siap dihadapi umat Islam. Abu Lahab Modern jika sudah menyerang maka Islam akan lumpuh, Ulama Islam akan dipenjarakan, yang berbau agama akan dibumi hanguskan dan peraturan-peraturan yang berasaskan agama harus dihapuskan. Jika anda sudah merasakan era itu, berarti anda sudah terkena serangan virus Abu Lahab Modern.
Di Indonesia sekarang, hal itu sudah terjadi bahkan boleh dikatakan terlambat untuk mengatasinya. Karena yang menjadi pelopor Abu Jahal Modern ialah yang memiliki kuasa. Abu Jahal Modern senantiasa menyengsarakan umat bahkan jika diperlukan umat menderita. Untuk menarik simpati umat ia berdiri dibelakang sosok yang sangat merakyat dan sederhana, bahkan tak segan ia berdiri dibelakang para ulama dan kiayi yang tentunya dapat mendukung pemikirannya.
Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga, sepandai-pandai Abu Lahab menyembunyikan jati dirinya akhirnya ketahuan juga. Umat sudah waras- walau sebagian masih dungu (istilah Rocky Gerung)- dengan segala settingan dan topeng yang mereka pakai. Umat merasakan dengan hati nurani, bahwa ada yang tidak beres dengan penguasa sekarang. Ekonomi jeblok bahkan sangat terasa ditingkat petani. Hidup terasa sulit bukan dikarenakan rakyat tidak berusaha, akan tetapi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah rasa rendang Padang bagi pengusaha dan sapi busuk bagi rakyat. Pemerintah lebih memikirkan orang yang memiliki kepentingan dari pada mengurusi rakyat, pemerintah lebih mengurusi kemauan negara asing dari pada kemauan rakyat sendiri.
Sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat tidaklah muluk-muluk. Rakyat hanya ingin sembako murah, pendidikan mudah, pekerjaan sesuai gajinya, hidup tenang dan sejahterah, hukum tanpa pandang atas dan bawah, ibadah, berkarya dan bercawa dilindungi negara. Namun, jika hal ini tidak dirasa, maka akan ada sebuah gerakan yang akan mengikatkan penguasa. Namun, Abu Lahab Modern tidak akan tinggal diam, dia akan berusaha membungkam siapa saja yang menganggu kepentingannya, terutama umat Islam. Karena dendamnya Abu Lahab terhadap Islam tidak akan padam, walau jasadnya hangus dilalap api neraka.
Semoga tulisan ini menggerakkan saraf-saraf otak kita yang masih beku dengan keadaan sekarang. Abu Lahab Modern berkuasa bukan dikarenakan umat Islam tidak tahu bahwa Abu Lahab akan bangkit, akan tetapi umat Islam terlena dengan rayuan dan gombalan maut Abu Lahab. Semoga bermanfaat dan kita selalu diberkahi Allah dengan rahmat-Nya.
Abu Lahan Modern, Abu Janda, Abu Ngabalin dan Abu Putuin.
BalasHapus