AROMA PEMANDANGAN SUNGAI BABARSARI

Sahabat Wisnoe . . . .
Perjalanan kita kali ini kesebuah pinggiran kota Yogyakarta yang memiliki suasana alam yang cukup indah. Babarsari, ya begitulah nama tempat yang penuh dengan kesejukan dan keindahan alamnya ini. salah satu keindahan alamnya ialah sungai yang terdapat di daerah ini. Sungainya yang mengali dengan di dalamnya ada bebatuan, membuat suasna sungai ini mirip seperti kebanyakan sungai di jawa lainnya.


Sebuah pemandangan yang menyejukkan dan menenangkan hati apabila dapat melihat suasana seperti ini. Ini adalah tour kami ke sungai yang terletak di bawah jembatan barbarsari, Sleman, Yogyakarta.


Sungai mengalir begitu derasnyan namun tenang mulai dari pangakal sampai ujungnya, subhanallah kekuasaan Allah begitu besar ya...!!!



Ini adalah fhoto Salman al-Farisy room, dan di belakang itu adalah jembatan Barbarsari. Seru ya........!!!




ADAB BANGUN TIDUR DALAM KITAB BIDAYAH AL-HIDAYAH



Didalam kitab Bidayah al-Hidayah, Imam Ghazali telah mengajarkan kepada kita tata cara bangun dari tidur. Hendaklah kita bangun sebelum terbit fajar (azan subuh) dan ketika kita bangun hendaklah kalimat yang paling utama yang kita lafadzkan ialah doa bangun tidur yang berbunyi:

الحمد لله الذي احيانا بعد ما أماتنا واليه النشور, أصبحنا وأصبح الملك لله , والعظمة والسلطان الله, والعزة والقدرة للة ربّ العالمين , أصبحنا على فطرة الاسلام وعلى كلمة الاخلاص, وعلى دين نبينا محمد صلى الله عليه وسلم, وعلى ملة ابينا ابراهيم حنيفا مسلما وما كان من المشركين, اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا وبك نحيا وبك نموت وأليك النشور, اللهم أنا نسألك أن تبعثنا في هذا اليوم الى كل خير ونعوذ بك أن يجره احد ألينا . نسألك خير هذا اليوم , وخير ما فيه, ونعوذ بك من شر هذا اليومو وشر ما فيه.

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami, setelah mematikan kami, dan kepadanyalah kami kembali. Kami masuk di waktu pagi, kerajaan adalah milik Alla, keagungan dan kekuasaan adalah milik-Nya, Dial ah Tuhan semesta alam. Kami masuk di waktu pagi dalam kesucian islam, dan pada janji ketulusan dan tetap pada agama nabi Muhammad, juga millah kakek kami Nabi Ibrahim dengan penuh pasrah dan lurus. Dan Ibrahim tidaklah termasuk orang-orang yang musyrik. Ya Allah, karena hendak-Mu kami masuk di waktu pagi dan sore, kami hidup dan mati, dan hanya kepada-Mu tempat kembali. Ya Allah, aku memohon kepada Mu agar engkau gerakkan aku kepada setiap kebaikan di hari ini, aku berlindung kepada-Mu dari melakukan keburukan di hari ini, baik yang kami arahkan kepada seorang muslim, atau diarahkan oleh seorang kepada kami, kami mohon kebaikan yang engkau turunkan pada hari ini, dan kebaikana segala urusan di dalamnya, kami berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini, dan keburukan segala urusan di dalamnya.

            Jika engkau memakai pakaianmu hendaklah berniat untuk menutup auratmu sebagai perintah Allah SWT. Berhati-hatilah! Jangan sampai engkau berniat untuk pamer kepada manusia, sebab hal itu dapat menyebabkan kerugiandi akhirat.

            Mungkin inilah yang di sampaikan Imam Ghazali di dalam kitabnya tadi, bahwa ketika bangun tidur itu hendaknya membaca doa bangun tidur dan hendaklah bangun tidur itu sebelum terbit fajar atau sebelum subuh.

Aroma Pemandangan Masjid Agung

AROMA PEMANDANGAN BOROBUDUR TAMPLE

Sahabat Wisnoe. . . .
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan tentang pengalaman saya ke Candi Borobudur.

Pada pagi itu, suasana pagi menarik-barik bajuku untuk segera keluar dari mobil agar menyaksikan ia sekarang sedang menari-nari di depanku. Tampak pada kesempatan yang sama di bawa mentari suasana candi begitu kokoh, iya itulah candi Borobudur, sebuah candi yang menjadi warisan dunia. Pagi itu mataku tercengang kaget tak percaya, candi yang selama ini hanya di dalam mimpi seorang anak, sekarang menjadi kenyataan.

Kunjunganku pada kesempatan ini ialah dengan orang tuaku dan wawak (Pakle' bahasa jawa). Perjalananku Ke Candi Borobudur ialah merupakan perjalan pertamaku setelah tamat sekolah di PPQ.
Untuk pertama kalinya orang tuaku mengajakku berjalan begitu jauhnya, perjalan ini bukan dikarenakan perjalanan biasa, perjalanan kami kali ini merupakan rihlah ilmiah, perjalanan yang mengantarkan seorang anak yang hendak menuntut ilmu ke negeri gudeg. Yogyakarta, itulah kota tempatku belajar sekarang. Perjalanan ku ke candi Borobudur pada tahun 2010. Perjalanan yang sungguh menarik tentunya, karena perjalanan perdana dan penuh dengan tanda tanya.




Dengan gaya sedikit narsis, Q berfhoto di belakang salah satu candi. hem.....teringat pertama kali ke jogja aza ni.....!!! Wajahku hitam ya...??wajarlah kan pada waktu itu siang-siang ke sana, jagi suasananya gimana gitu!!!



Ini adalah candi Borobudur dilihat dari udara. hem......indah ya...!!!


Ini adalah salah satu patung yang terletak di candi Borobudur.


Patung ini tidak pake' kubah ya?? hem.....emang ada apa ya?? 
hem.....jadi penasaran aza ni...!!!


Ini adalah gambar wawak Rozak dan ayahku. Semoga umur kalian diberkahi dan diberkahi semua aktivitas kalian. Semangat wak dan ba', masih terbuka untuk kalian pintu kebaikan.



SYAHIRON BERBICARA TENTANG STUDY AL-QUR'AN DI JERMAN

Sahabat Wisnoe . . .
Pada Kesempatan ini kami akan menyajikan kepada pembaca tentang pendapat ahli Hermeneutika UIN Jogja mengenai study al-Qur'an di Jerman.





Oleh Dr Sahiron Syamsuddin 

(Dosen di UIN Sunan Kalijaga)         



            Kajian kritis historis terhadap Alquran adalah kajian yang berupaya menunjukkan bagaimana teks Alquran dan sejarahnya dapat diketahui dengan bantuan pengetahuan rasional. Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk menjelaskan asal-usul teks dan menggambarkan bentuk dan fungsinya yang paling awal (Kroop 2007:1). Model penelitian semacam ini telah dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat sejak abad ke-19. Abraham Geiger (1810-1874) dianggap sebagai sarjana pertama yang menerapkan pendekatan kritik-historis ini terhadap Alquran. Pada tahun 1883, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul Was hat Mohammed aus dem Judentum aufgenommen? (Dirk Hatwig 2009:241).      



            Dalam karya ini, ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengambil banyak bagian dari tradisi Yahudi dalam memproduksi Alquran. Pandangan semacam ini kemudian diikuti oleh banyak sarjana lainnya, seperti Günther Luling dan Christoph Luxemberg. Karya terbaru yang menghimpun beberapa hasil kajian historis-kritis ala Geiger ini adalah buku yang diedit oleh Tilman Nagel, yaitu Der Koran und sein religiöses und kulturelles Umfeld (2010). Para sarjana ini menganggap Alquran sebagai teks ‘epigonik’ dalam arti bahwa Alquran merupakan imitasi dari teks-teks pra-Islam. Pandangan ini tentu saja menjadi sangat kontroversial di kalangan sarjana Muslim.        



            Meskipun demikian, tidak semua sarjana Barat sepakat dengan pandangan tersebut di atas. Banyak sarjana Barat lainnya, seperti Anglika Neuwirth, Nicolai Sinai, Michael Marx, dan Dirk Hartwig mengkritik pandangan dan temuan di atas. Berdasarkan wawancara dengan mereka pada tanggal 2 Juli 2010 dan beberapa artikel, diketahui bahwa mereka tidak setuju dengan kesimpulan bahwa Alquran hanyalah salinan ‘teks-teks pra-Islam’. Untuk mendukung posisi ini, mereka telah melakukan beberapa penelitian. Salah satunya adalah proyek yang mereka sebut dengan Corpus Coranicum, yang sedang dilakukan di Berlin-Brandenburgische Akademie der Wissenschaften di Jerman.            


            Dalam proyek ini, mereka menggunakan pendekatan yang sama seperti yang dilakukan oleh Abraham Geiger, tetapi dengan paradigma yang berbeda. Tidak seperti Geiger, mereka memandang Alquran sebagai ‘teks polifonik’ dan bukan mimesis (tiruan) dari teks-teks sebelumnya. Tren penelitian semacam ini bisa disebut dengan ‘tren baru studi historis-kritis terhadap Alquran’. Proyek ini terdiri atas tiga kerja utama, sebagai berikut.      

            Pertama, para sarjana tersebut membuat dokumentasi tentang manuskrip-manuskrip Quran awal berikut variasi qira’at. Namun, pendokumentasian ini tidak bertujuan untuk membuat teks edisi kritis Alquran. Dalam hal manuskrip Alquran, mereka membuat data bank tentang lokasi, penanggalan, dan aspek-aspek paleografis dari setiap manuskrip. Saat ini, bank data terdiri atas 250 entri dan setiap entri memiliki sejumlah foto manuskrip. Jumlah foto yang telah digitalisasi dalam beberapa komputer saat ini 3.500. Adapun dalam bank data tentang variasi bacaan Alquran, seseorang dapat menemukan semua cara baca (qira’at) Alquran, baik qira’at yang dianggap sebagai qira’at mutawatirah (diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi), qira’at masyhurah (diriwayatkan oleh relatif banyak perawi), maupun qira’at syadzdzah (yang tidak termasuk kedua macam qira’at tersebut).     

            Kedua, para sarjana yang terlibat dalam proyek tersebut juga melakukan penelitian dan kajian serta membuat bank data terkait dengan apa yang mereka sebut dengan Texte aus der Welt des Quran (teks-teks di sekitar Alquran). Dalam hal ini, mereka berupaya mencari kemiripan teks Alquran dengan teks-teks lain pada masa turunnya wahyu Quran. Kajian semacam ini dikenal dengan istilah ‘intertekstualitas’ antara ayat-ayat Aquran dan teks-teks dari tradisi pra-Islam, seperti Alkitab, teks Yahudi pasca-biblikal, dan puisi Arab klasik. Intertekstualitas ini, menurut mereka, merupakan fondasi yang sangat berarti bagi upaya rekonstruksi teks-teks yang ada di sekitar Alquran (Marx 2008:51; Wawancara 2 Juli 2010).      

            Namun, berbeda dari orientalis-orientalis lain pada abad ke-19 yang berpandangan bahwa Alquran adalah imitasi/tiruan dari teks-teks pra-Islam, para sarjana ini telah melakukan riset seobjektif mungkin dan mereka sampai pada kesimpulan bahwa Alquran bukanlah ‘teks epigonik’ yang merupakan hasil imitasi beberapa teks lain dari tradisi pra-Islam. (Neuwirth 2008:16; Wawancara 1 Juli 2010). Mereka menegaskan, bahwa Alquran meskipun dalam beberapa kasus memiliki paralelitas dan kemiripan dengan teks-teks lain, tetapi ia merupakan teks ‘independen’ yang memiliki karakteristik sendiri dan dinamikanya sendiri, baik dari segi bahasa maupun isi.   

            Sebagai contoh, Neuwirth membandingkan antara surat al-Rahman dan Zabur dan membuktikan bahwa meskipun kedua teks ini memiliki paralelitas/interseksi, tetapi Alquran memiliki gaya sendiri dalam hal struktur sastra dan spirit yang spesifik dalam hal isi dan pesan (Neuwirth 2008:157-189). Kesimpulan yang sama juga dibuktikan oleh Nicolai Sinai ketika meneliti QS. An-Najm. Seiring dengan temuan ini, Dirk Hartwig,ketika diwawancarai tanggal 2 Juli, mengkritik Christoph Luxemberg yang mengatakan bahwa Alquran adalah salinan teks dari tradisi Kristen yang berbahasa Syro-Aramaik.          

            Ketiga, mereka telah dan sedang memproduksi apa yang mereka sebut der historisch-kritische literaturwissenschaftliche Kommentar des Quran (interpretasi historis-kritis dan sastrawi terhadap Alquran). Struktur interpretasi ini terdiri atas empat elemen. Unsur pertama adalah teks Alquran dan terjemahannya dalam bahasa Jerman. Teks Arab didasarkan pada qiara’at Hafsh dari ‘Asim. Terjemahan Alquran sebagian besar berasal dari terjemahan Rudi Paret dengan beberapa penyesuaian tertentu. Studi tentang urutan kronologis wahyu merupakan elemen kedua interpretasi mereka.      

            Mereka ingin merekonstruksi dinamika teks Alquran ber kaitan dengan aspek linguistik/sastranya. Juga, apa yang mereka sebut “kritik sastra” dalam arti mereka memberikan penjelasan struktur sastra Al-quran dalam menyampaikan pesan tertentu.


CALON ORANG SUKSES

Parcaya atau tidak bahwa kesuksesan seseorang itu tergantung individu itu sendiri, mungkin konsep sukses yang di tawarkan setiap orang berbeda, sebenarnya bukalah perbedaan itu yang di cari, akan tetapi jalan keluar ata solusi untuk mencari yang terbaiklah untuk kita sepakati.

Berikut ini kami paparkan tips hidup sukses:

1.      Niat
Hal pertama yang wajib anda miliki adalah niat. Awalilah dengan niat yang kuat untuk melakukan usaha dengan sungguh-sungguh. Niat anda memiliki daya dorong yang luar biasa untuk memperoleh kesuksesan, niat juga menentukan diterima tidaknya suatu amal manusia, oleh karena itu anda harus meluruskan niat anda agar dibimbing oleh Allah SWT menuju kepada kesuksesan. Niat yang tulus dan benar akan melahirkan suatu motivasi dalam meraih suatu kesuksesan dan menghantarkan seseorang pada tujuan yang dicita-citakannya
2.      Ikhlas
Orang sukses melakukan segala hal dengan hati yang ikhlas dan menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat pekerjaan sebagai sebuah kesenangan. Dengan itu anda tidak akan pernah bosan dan terbebani dalam melakukan usaha/pekerjaan anda.
3.      Bekerja Keras dan Berusaha diatas rata-rata dari orang lain.
Anwar Fuadi seorang penulis novel best seller “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 warna” adalah seseorang yang mengaku memiliki kunci kesuksesan yang bernama “Man Jadda Wajada” Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil”.
4.      Berdoa
Dengan berdo'a kita dituntut untuk lebih mendekatkan diri terhadap sang Pencipta dan yang pasti dengan kita semakin dekat dengan-Nya maka akan semakin dekat pula kesuksesan itu.
5.      Sabar dan Tawakal
Dan yang terakhir adalah tawakal menyerahkan semuanya hanya kepada Allah SWT. Karena, hanya Dialah pemberi segala kesuksesan, pemberi segala yang kita inginkan.


Ini adalah sebagian foto orang sukses menurut Majalah Sukses, anda sepakat atau tidak itu adalah hak anda untuk menentukan.


Mereka ini tidak hanya memandang langit lho...akan tetapi yang mereka pandang itu adalah peluang untuk bisa melangit, tidak lagi hanya membumi. anda setuju!!!




AROMA PEMANDANGAN BOKKO TEMPLES


Ini adalah salah satu tempat pemandian putri Boko, itu yang duduk di sampingku lagi duduk termenung namanya Kang Dunan atau lebih lengkapnya Hendri Dunan, dan yang berdiri itu namanya Abang Munir, anak Bangka cuy.......!!



            Berbicara tentang wisata yang ada di Yogyakarta pasti tidak akan pernah habis-habisnya, begitu banyaknya wisata yang dapat dikunjungi membuat kaki tak betah untuk bertahan lama-lama di kamar. Mungkin suasana yang seperti itu lah yang penulis rasakan sekarang, terasa setiap kali melewati jalanan yang ada di Yogyakarta ini penulis merasakan aroma pemandangan yang sungguh menakjubkan. Mulai dari museum-museum, hotel-hotel sampai kepada mall yang berjajaran di sepanjang jalan membuat mata tak mau berkedip. Namun, dari sekian tempat yang penulis lewati tadi ada pemandangan yang membuat penulis untuk singgah, itu perkomplekan candi Boko yang terletak di kecamatan Kalasan.

            Candi yang terletak di atas bukit ini hanya 25.000 rupiah sudah dapat menikmati pemandangan yang terletak di dalamnya, bentuk gerbang candi yang tersusun rapi dan suasana komplek yang aman dan sejuk, sangat tepat sekali candi ini kalau dimanfaat buat rehat diri yang sedang prustasi atau stess dikarenakan banyaknya tugas sekolah, kuliah, maupun tugas kantor.
Selamat mencoba dan menikmatinya…..






Ini adalah di pusat candi Boko, itu gambar aku lagi merekup ( jongkok), maklumlah terlanjur menjadi artis sih...hehehe...!!!



Ini aku sedang menaiki di salah satu candi, dan sepertinya ada wanita yang ikut nebeng fhoto bareng tu, tapi gak berani ngomong, hem....kasihan ya....!!!



Itu yang dibelakangku adalah gerbang masuk candi Boko, wah....pemandangan yang sungguh indah ya......!!! Rasanya pengenlagi ke sana...!!!!



Ini fhoto aku dengan temanku, Syarifah anak Banjarmasin, Kaltim. tidak terasa akhirnya sekarang kami telah berpisah dengannya karena ia telah menikah dengan orang lain sekarang. 

MANCING MANIA DI BAWAH CANDI BOKKO YOGYAKARTA


Ini adalah salah satu pemanasan sebelum kami memancing. Di sebelah kananku itu namanya Muhammad Sholihin dan sebelah kiri namanya, Asep Nahrul Musaddad. hem....Sepertinya petualangan di bawah candi bokko kali ini seru ya........!!!


Ini adalah peserta yang akan memancing ikan. Itu yang di samping kiriku pertama adalah Faza (Fatimah Zahroh) anak Jember, Jatim dan di sebelahnya adalah Ulfa Nuraini anak Bogor, Jabar.


Aku dan Ida QA anak Semarang, Jateng sedang siap-siap mau mancing ni, hem.....seru ya mancing berduaan. Ayo siapa mau?? 


Syifa, Imam dan Aku sedang memegang ikan hasil pancingan tu, hem...besar ya ikan yang kami dapat. 




MTQ (MUSABAQOH TILAWATIL QUR'AN) SLEMAN


Sahabat Wisnoe . . .
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan tentang MTQ, karena berkenaan dengan musimnya MTQ atau dikenal oleh anak pondok ialah musim perbaikan gizi, hehehehe canda cuy . . . .langsung aza . . . .


MTQ adalah kepanjangan dari Musabaqah Tilawatil Quran atau lomba membaca al-Qur'an dengan lagu yang selama ini sudah dikenal. MTQ telah ada di Indonesia sejak tahun 1940-an sejak berdirinya jami'atul huffaz wa al-Qurra' oleh lembaga Ormas NU (Nahdhotul Ulama). Sejak tahun 1968, saat menteri agama dihabat KH. Muhammad Dahlan (salah seorang ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) MTQ dilembagakan secara nasional. MTQ pertama diselenggarakan di Makassar pada bulan Ramadan tahun 1968. Kala itu hanya melombagakan tilawah dewasa saja dan melahirkan Qari Ahmad Syahid dari jawa Barat dan Muhammadong dari Sulawesi Selatan. MTQ kedua diselenggarakan di Banjarmasin tahun 1969. Tahun 1970 MTQ ketiga diselenggarakan di Jakarta dengan acara yang sangat meriah.

MTQ kini sudah berlangsung 23 kali. Banten akan menjadi tuan rumah MTQ Nasional ke 24. Kini, tidak hanya lagu yang dilombagakan, juga termasuk cerdfas cermat, pidato, kaligrafi, dan lain sebagainya. (maaf beritanya kurang updute).

MTQ juga diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu. MTQ Wartawan diselenggarakan secara rutin tiga tahun sekali dan akan memasuki MTQ kelima tahun 2008 nanti. MTQ Pertamina terhenti sejak tahun 1980. MTQ Telkom dengan nama MAN (Musabawah Al-Quran Nasional) tahun 2008 ini akan dilangsungkan di banda Aceh seagai MAN ke delapan.
Lagu-lagu tilawah antara lain Bayati, Syika, Nahwand, Rost, Jiharka, dan lain sebagainya.

Qari-qari terkenal asal Indonesia antara lain: K.H. Aziz Muslim, K.H. Bashori Alwi, Hj. Rofiqoh darto Wahab, Hj. Nursiah Ismail, Hj. Aminah, Hj. Mariah Ulfah, Muammar Za, Muhammad Ali, H. Wan Muhammad Ridwan Al-Jufrie' dan lain sebagainya.



Ini adalah suasana sebelum aku tampil, dan di sebelahku itu adalah anak Aceh yang mengikuti cabang lomba tafsir bahasa Arab, namanya Wali Rhamadani. hem...seru ya.!!!!!



Ini adalah suasana waktu pembagian Hadiah. adapun yang juara Umumnya adalah Prambanan. Wah...keren ya prambanan....!!!

AROMA PEMANDANGAN PANTAI BENTAR PROBOLINGGO



Ini adalah suasana pantai Bentar, Probolinggo, Jawa Timur. Sungguh indah pemandangan di sana sehingga membuat aku tak mau pulang lagi. (lebay......)

Pantai Bentar Indah, terletak di tepi jalan raya Surabaya - Banyuwangi, tepatnya berada di Kecamatan Gending, sekitar 7 Km dari pusat kota Probolinggo.

Pantai ini tidak terlalu ramai dikunjungi, tetapi menawarkan satu pemandangan yang indah dan menawan. Karena terletak bersebrangan dengan bukit dan hutan bakau, menjadikan pantai ini serasa menyatu dengan alam yang hijau.

Terdapat sebuah dermaga yang panjang kearah tengah laut dan bisa dilalui dengan aman, dan bisa menambah keindahan laut Bentar saat berada di ujung dermaga.


Narsis sedikit, walau gak bisa gaya pool. lumayan lah



Ini adalah Pangeran Sri Naga Puspa. Gayanya cool ya.......maklum anak bali satu ini kan terkenal dengan Playboyx, namun walau pun ceweknya selangit, tapi ia mempuanyai hati yang setia lho. hehehe.........




Ini adalah tuan rumah rihlah kami, namanya Muhammad Sholihin, orangnya baik lho, law butuh sesuatu ngomong aza sma ia insya Allah ia bantu, hem......Kalaw berbicaca masalah loyalitas jangan di tanya lagi, so dialah orangx. (orang pa ya......hem...!!!!)



Dengan gaya maccox temanku yang satu ini unik namum mempunyai kata super, super gimana? setiap kali apa yang ia katakan slalu membawa hikmah, dan bagi orang yang mendengar kata-katax akan menjadi berubah serentak. ()apa iya?? hem......ninamax Baihaki anak Banjarmasin asal dari Kalimantan Selatan.(ya iyalah)

BIOGRAFI IGNAZ GOLDZIHER




Sahabat Wisnoe . . .
kita belajar lagi yuk, kali ini kita akan berkenalan dengan seorang tokoh yang cukup terkenal dikalangan orientalis teman-teman, mau tau? langsung aza yuukk . . . .

Ignaz Goldziher dilahirkan dari keluarga Yahudi pada tanggal 22 Juni 1850 di Székesfehérvar, Hongaria. Sejak kecil, ia sudah mendapatkan pendidikan yang bermutu tinggi. Terbukti pada saat berumur lima tahun ia telah mampu membaca Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari Talmud pada saat berusia delapan tahun. Dalam usianya yang ke dua belas, ia seorang siswa sekolah yang telah memulai membuat karya tulisnya yang pertama tentang nenek moyang Yahudi serta pengelompokannya. Saat berusia enam belas tahun, Universitas Budapest menjadi pilihannya setelah ia lulus dari sekolah, untuk mempelajari sastra Yunani dan Romawi kuno, bahasa-bahasa Asia, temasuk bahasa Turki dan Persia. Kecerdasan yang ia miliki telah mengantarkannya menjadi kandidiat doktoral pada usianya yang ke-19 di universitas Leipzig dan Berlin dengan beasiswa penuh dari Departement Pendidikan Hongaria pada tahun 1870.

            Setelah berhasil meraih gelar doktor, ia melakukan rihlah ‘ilmiyyah ke Leiden, Belanda dan tinggal selama enam bulan. Di dalam buku catatannya, Ignaz menghabiskan waktu enam bulan di Leiden untuk memfokuskan diri mempelajari Islam sehingga menjadikan Leiden sebagai sekolah kajian Islam terbesar dan terkenal di Eropa. Pada tahun 1872, ia berhasil meraih ijazah keguruan dari Universitas Budapest. Di universitas ini, dia menekankan kajian peradaban Arab. Petualangan ilmiah Golziher belum selesai sampai di sini, pada bulan September 1873 hingga April 1874, Syria, Palestina dan Mesir menjadi sasaran selanjutnya. Di sana ia merupakan orang non muslim pertama yang mendapatkan izin untuk menjadi murid di mesjid Universitas al-Azhar. Ia mencatat semua aktivitasnya di sana, sosialisasinya dengan kaum muslimin, dan perasaan simpati mendalamnya kepada Islam.

            Selama tinggal di Kairo, banyak musibah yang menimpanya. Mulai dari kematian ayahnya, perekonomian keluarganya yang mengkhawatirkan karena bisnisnya bangkrut, sampai perasaannya sebagai pejabat di departement pendidikan yang membuatnya bimbang dengan reputasi ilimiahnya di masa yang akan datang. Akan tetapi, reputasi ilmiahnya ternyata malah melonjak tinggi. Setelah mempublikasikan hasil penelitiannya yang sangat memuaskan peserta rapat di Akademi Kerajaan di Vienna, ia telah memulai dirinya untuk diakui dunia sebagai Guru Besar orientalis dan peletak pertama pengkajian Islam modern di Eropa.

            Meskipun telah merangkul banyak gelar, ia tidak dapat mengembangkan pengetahuan di tanah kelahirannya. Pada saat itu, terjadi peristiwa anti-Semit di Hongaria sehingga para pemeluk Yahudi dilarang melakukan berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan pendidikan. Tetapi kemudian, pada tahun 1894, diadakan pembahasan oleh para anggota legislatif terkait isu ini untuk mencapai kesepakatan bahwa agama Yahudi kedudukannya sama di depan publik bergandengan dengan agama lainnya.

            Atas perjuangan kerasnya di dunia pendidikan tanpa gaji dan hak istimewa, Kongres Orientalis Internasional ke-8 menganugerahkan piagam emas kepada Ignaz Goldziher pada tahun 1889. Kemudian ia mendapatkan undangan dari Universitas Cambridge untuk menjadi pengganti rektor sebelumnya, W. Robertson Smith. Dikarenakan tidak ada gaji tetap walaupun aktif di dunia pendidikan, ia mencari nafkah sebagai sekretaris di komunitas Yahudi Jerman dari tahun 1876 sampai 1905. Pekerjaan ini menguras semua tenaganya siang dan malam sehingga membuatnya bosan. Di hari libur, ia menyempatkan diri untuk mengerjakan proyek ilmiahnya. Lalu pada tahun 1904, ia diangkat sebagai guru besar Universitas Budapest, orang Yahudi pertama yang meraih gelar ini. Kemudian, pada tahun 1914 menjadi ketua jurusan hukum dan institusi Islam di Fakultas Hukum. Tujuh tahun kemudian, ia meninggal dunia dalam usianya yang ke-71 tepatnya pada tanggal 13 November 1921.

A.      Karya-karya Ignaz Goldziher

            Ia banyak menerbitkan sejumlah besar risalah, artikel review dan esai yang berkontribusi pada koleksi Hungaria Academy. Most of his scholarly works are still considered relevant. Sebagian besar karya-karya ilmiah itu masih dianggap relevan. In addition to his scholarly works, Goldziher kept a relatively personal record of his reflections, travel records and dSelain karya-karya ilmiah itu, Goldziher menyimpan catatan yang relatif pribadi refleksinya, catatan perjalanan dan catatan harian.

            Karya-karya tulisannya yang membahas masalah keislaman banyak dipublikasikan dalam bahasa Jerman, Inggris dan Prancis. Bahkan sebagian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dan yang paling berpengaruh dari karya-karya tulisannya adalah buku yang berjudul: Muhammadanische Studien, di mana ia menjadi sumber rujukan utama dalam penelitian hadis di Barat.
Golziher telah banyak menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang, baik akidah, fikih, tafsir, hadis, maupun sastra. Hasil karya kreatifnya diantaranya :

  1.     Muhammadanische Studien diterbitkan tahun 1890.
  2.   Vorlesungen über den Islam (Introduction to Islamic Theology and Law)
  3.      Muslim Studies
  4.   Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung yang diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi Madzahibu al-Tafsir al-Islami (1955)
  5.    Methology Among The Hebrews And Its Historical Development
  6.       On The History of Grammar Among The Arabs
  7.    Zahiris: Their Doctrine and Their History, a Contribution diterbitkan pada tahun 1884.
  8.    Short History of Classical Arabic Literature
  9.   Le Dogme et Les Lois de L’Islam (The Principle of Law is Islam)
  10.   Etudes Sur La Tradition Islamique, dan karya-karya tulis lainnya.

B.       Hasil Pemikiran

1.      Mengenai Islam
            Pendapat Goldziher tentang islam, bahwa dengan karakter Islam yang terbuka maka Islam dikenal pada masa kelahirannya. Pendirinya, Muhammad, tidaklah memperkenalkan ide-ide baru dan Ia tidak memperkaya konsepsi-konsepsi terdahulu tentang hubungan manusia dengan yang transendental dan maha kuasa. Namun, satu pun tak ada yang mengurangi nilai relatif prestasi keagamaannya. Apabila sejarawan peradaban menilai dampak suatu fenomena sejarah, masalah orisinilitas tidak menunutut perhatian utama. Dalam evaluasi historis terhadap karya Muhammad, pokok  persoalannya bukanlah apa isi wahyunya merupakan ciptaan jiwanya yang benar-benar asli dan mutlaq memberikan petunjuk jalan. Perintah Rasul Arab ini merupakan suatu campuran ide-ide dan peraturan-peraturan agama yang terpilih. Ide-ide itu memberikan sugesti kepadanya melalui kontak, yang telah sangat mempengaruhinya dengan unsur-unsur Yahudi, Kristen, dan unsur-unsur lainnya, dan baginya semua itu agaknya dianggap tepat untuk menggugah rasa keagamaan yang sungguh-sungguh di kalangan bangsa Arab sesamanya. Peraturan-peraturan pun diambilnya dari sumber-sumber asing; ia melihatnya sebagai peraturan-peraturan yang diperlukan untuk membangun kehidupan yang sejalan dengan kehendak Allah. Pemikiran-pemikiran yang begitu menggugah hati sanubarinya ditangkapnya sebagai wahyu Ilahi, dan dalam hal ini dirinya sendiri merupakan sarana. Impresi-impresi dan pengalaman-pengalaman ekstren meneguhkan keyakinannya yang bersungguh-sungguh ini.

2.      Pemikirannya Mengenai Hadits
                        Pemikiran beliau tentang hadis dan  pengikutnya sangat meragukan otentisitas Hadits. Bahwa upaya penulisan dan kodifikasi hadits baru dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, khalifah Bani Umayyah yang memerintah antara tahun 99-101 H, sebuah waktu yang relatif jauh dari masa Rasulullah SAW. Kenyataan ini telah memicu berbagai spekulasi berkaitan dengan otentisitas hadits. Ignas Goldziher dalam karyanya Muhammedanische Studien telah memastikan diri untuk mengingkari adanya pemeliharaan Hadits pada masa sahabat sampai awal abad kedua Hijriyah.

   Menurut Prof. Dr. Muhammad Musthafa al-A‘zhamy, Guru Besar Ilmu Hadis Universitas King Saud Riyadh, Ignaz Goldziher adalah orientalis pertama yang melakukan kajian tentang Hadis. Hasil kajian Ignaz berkesimpulan bahwa otentisitas hadis-hadis yang ada dan sudah tertulis itu, diragukan sebagai sabda Nabi Saw. Di antara catatan atau pandangan Goldziher tentang hal ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Ignaz berpendapat bahwa dalam meneliti hadis, para muhaddits hanya menggunakan metode kritik sanad saja tanpa memakai metode kritik matan sehingga menurutnya, banyak ditemukan hadis yang semula dianggap shahih ternyata palsu.
Contoh hadis yang dikritik oleh Golziher adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan berasal dari Ibn Syihâb al-Zuhrî:
لا تشدوا الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: المسجد الحرام و مسجدي و مسجد بيت المقدس
“Kalian tidak boleh melakukan perjalanan jauh kecuali menuju tiga mesjid, yaitu Mesjid al-Haram, mesjidku ini, dan Mesjid Baitul Maqdis."

Menurut Golziher, hadis di atas statusnya Hadits Maudhû'. Menurutnya, al-Zuhrî telah membuat-buat hadis atas dorongan Khalifah ‘Abd al-Malik Ibn Marwan untuk mencegah orang-orang Syam berhaji ke Mekah. Pencegahan ini dilakukan karena khawatir mereka dipaksa membaiat Abdullah Ibn Zubair. Argumen Golziher ini didasarkan pada pernyataan al-Ya‘qûbî dalam kitab Târîkh-nya berikut ini, "‘Abd al-Malik Ibn Marwan mencegah penduduk Syam berhaji karena Ibn al-Zubair meminta baiat mereka di Mekah. Mereka pun tersentak kaget dan memprotes tindakan tersebut," Anda melarang kami pergi haji ke Baitullah padahal itu merupakan suatu kewajiban dari Allah!." "Ini Ibn Syihab al-Zuhrî akan menyampaikan kepada kalian sabda Rasulullah Saw, " Kalian tidak boleh melakukan perjalanan jauh kecuali menuju tiga mesjid, yaitu Mesjid al-Haram, mesjidku ini, dan Mesjid Baitul Maqdis!" maka mesjid ini sama kedudukannya dengan Mesjid al-Haram. Batu ini, yang menurut suatu riwayat, Rasulullah Saw pernah menginjakkan kedua kakinya di atasnya menjelang mi‘raj ke langit, akan menjadi ka‘bah bagi kalian", ujar ‘Abd Malik Ibn Marwan sebagai jawaban gelombang protes penduduk Syam. Lalu, Khalifah membangun sebuah kubah di atasnya, memberinya tirai dari sutera, dan menyediakan pelayan-pelayannya. Kemudian menyuruh orang-orang agar ber-thawaf mengelilinginya. Maka dengan begitu, ‘Abd al-Mâlik telah menetapkan hari-hari gemilang bagi Dinasti Bani Umayyah.

Goldziher juga merubah teks-teks sejarah yang berkaitan dengan al-Zuhry sehingga timbul kesan bahwa al-Zuhry memang mengakui sebagai pemalsu hadis.
Menurut Goldziher, al-Zuhry mengatakan :
إن هؤلاء الأمراء أكرهونا على كتابة أحاديث
"Sesungguhnya para pejabat itu telah memaksa kami untuk menulis hadis".

Kedua, Goldziher menyatakan bahwa pada abad ke dua hijriyah, status kevalidan suatu hadis hanya didasarkan pada matan saja. Alasannya, banyak hadis yang ber-sanad baik, tapi statusnya maudhu‘. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
سيكثر التحديث عني، فمن حدثكم بحديث فطبقوه على كتاب الله فما وافقه فهو مني، قلته أو لم أقله
 "Periwayatan hadisku akan lebih banyak lagi. Oleh karena itu, jika ada seseorang yang meriwayatkan hadis kepadamu, perhatikanlah dan segera bandingkan dengan isi al-Qur'an. Jika berkesesuaian, maka itu benar dariku, baik yang aku katakan ataupun tidak"

Ketiga, Goldziher telah memfitnah Wakî‘ dengan mengubah pernyataan Wakî‘ tentang Ziyâd Ibn ‘Abdillah al-Bukkâ'î,
أشرف أن يكذب
"Beliau sangat jauh dari melakukan kebohongan."
Menjadi:
إنه مع شرفه في الحديث كان كذابا
"Dia itu dibalik kemuliaannya dalam hadis adalah seorang pembohong".

Keempat, Goldziher menyatakan bahwa hadis-hadis yang berkenaan dengan larangan dan anjuran penulisan hadis itu berstatus maudhu‘. Semua hadis ini telah dibuat-buat oleh kelompok muhaddits dan ahl al-ra'y (ahli fikih) untuk mendukung pendapatnya masing-masing. Hadis-hadis tersebut adalah :
1)        Hadis tentang larangan menulis sabda Nabi Muhammad Saw dari Abu Sa‘îd al-Khudry:
لَا  تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ)...الحديث (رواه مسلم     
Jangan kalian tulis ucapan-ucapanku, dan barangsiapa menulis ucapanku selain al-Qur'an, hendaknya ia menghapusnya!"
2)        Hadits tentang anjuran Nabi Saw untuk menulis sabdanya dari Abu Hurairah:
اكْتُبُوا لِأَبِي شَاهٍ)...الحديث( رواه الشيخان
“Tuliskanlah untuk Abu Syah!...." 
Menurutnya, hadis yang  berisi tentang larangan Nabi Saw atas penulisan hadis telah dibuat oleh ahl al-Ra'y, sedangkan hadis yang kedua yang memperbolehkan bahkan menyuruh penulisan hadis dibuat oleh para muhaddits.

Kelima, Goldziher menuturkan bahwa "bimbingan resmi" dan kegiatan penguasa" untuk memalsukan hadis sudah ada sejak dini dalam sejarah Islam. Dampaknya tampak dalam pesan Mu‘awiyah kepada al-Mughirah agar ia mengucilkan ‘Ali dan pengikutnya, serta jangan menerima hadis-hadis mereka. Di pihak lain, Utsman dan dan para pengikutnya supaya disanjung-sanjung dan diterima hadisnya. Pesan ini merupakan "siaran resmi" yang melegalisir pemalsuan hadis untuk memojokkan ‘Ali demi membela kepentingan Utsman bin Affan.

Glodziher menyimpulkan hal itu berdasarkan keterangan yang terdapat dalam tarîkh karangan al-Thabâry, di mana Mu‘awiyah berpesan kepada al-Mughirah, "Jangan segan-segan mencaci dan mengecam ‘Ali, dan jangan bosan menyayangi dan memohonkan ampunan untuk Usman. Aib berada pada pengikut-pengikut ‘Ali, karenaya kucilkanlah mereka dan jangan didengar ucapannya!"

3.    Mengenai Perbedaan Qiraah
                        Menurut Goldziher, lahirnya sebagian besar perbedaan (qiraat) tersebut dikembalikan pada karakteristik tulisan arab itu sendiri yang bentuk huruf tertulisnya dapat menghadirkan suara (vokal) pembacaan yang berbeda, tergantung pada perbedaan tanda titik yang diletakkan di atas bentuk huruf atau dibawahnya serta berapa jumlah titik tersebut. Demikian halnya pada ukuran-ukuran suara (vokal) pembacaan yang dihasilkan. Perbedaan harakat-harakat (tanda baca) yang tidak ditemukan batasannya dalam tulisan arab yang asli memicu perbedaan posisi i’rab (kedudukan kata) dalam sebuah kalimat, yang menyebabkan lahirnya perbedaan makna (dalalah). Dengan demikian, perbedaan karena tidak adanya titik (tanda huruf) pada huruf-huruf resmi dan perbedaan karena harakat yang dihasilkan, disatukan, dan dibentuk, dari huruf-huruf yang diam (tidak terbaca), merupakan faktor utama lahirnya perbedaan qiraat dalam teks yang tidak punya titik sama sekali atau yang titiknya kurang jelas.

Untuk membuktikan argumennya ini, Goldziher menghadirkan sejumlah contoh, diantaranya:
1.         Surat al-A’raf ayat 48:
وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُم بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَىٰ عَنكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ ﴿٤٨﴾ الأعراف: ٤٨
“Orang-orang yang di atas al-a’raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan, “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” (al-A’raf:48)

Sebagian sarjana (ulama) qiraat membaca lafadz تَسْتَكْبِرُونَ yang tertulis dengan huruf  ba’ (dangan satu titik) dengan bacaan  تستكثرون, yaitu dengan huruf tsa’ (bertitik tiga).


Surat al-A’raf ayat 57:
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَ‌ٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٥٧﴾ الأعراف: ٥٧
“Dan Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab huja itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (al-A’raf:57)
Kata  بُشْرًا dibaca dengan huruf nun sebagai ganti dari ba’, sehingga menjadi نشرا   .
2.        Surat al-Taubah ayat 114:
 وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ ﴿١١٤﴾ التوبة: ١١٤
“Permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah SWT) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah SWT, maka berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (at-Taubah: 114)

Kata dibaca dengan huruf ya’ (bertitik dua) dan berharakat fathah, sedangkan dalam sebagian qiraat (bacaan) yang asing (ini merupakan bacaan yang diriwayatkan oleh Hammad) dibaca dengan huruf ba’ (bertitik satu), sehingga menjadi  اباه    

3.        Surat an-Nisa’ ayat 94 terdapat beberapa kasus yang cukup penting, karena fenomena yang disebutkan tadi terjadi dalam kurang lebih setiap huruf dan beberapa huruf dalam sebuah kalimat yang ada dalam surat tersebut. Ayat tersebut :
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَىٰ إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِندَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذَ‌ٰلِكَ كُنتُم مِّن قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا ﴿٩٤﴾ النساء: ٩٤
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah, dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu, “kamu bukan orang mukmin”, (lalu kamu membunuhnya) dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena disisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahu apa yang kamu kerjakan.” (an-Nisa’:94)
Mayoritas sarjana qira’at terpercaya (tsiqat) membaca lafadz فَتَبَيَّنُوا  dengan lafadz فتثبتوا .Karena bentuk huruf yang tertulis adalah demikian                    yang bisa mengandung dua kemungkinan model bacaan. Bagaimanapun juga perbedaan-perbedaan ini, dan apa yang mirip dengannya, tidak menyebabkan perbedaan dari segi makna yang umumdan tidak dari segi penerapannya secara fiqih. Tetapai perbedaan seperti ini terdapat pula pada tempat berikut ini:
4.        Surat al-Baqarah ayat 54 yang mengurai seputar kemarahan nabi Musa. Ketika dia mengurai seputar kemarahan nabi Musa. Ketika dia mengetahui bahwa Bani Israil telah membuat anak sapi dari emas, dan mereka menyembah kepadanya, Musa berkata:
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُم بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ذَ‌ٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿٥٤﴾ البقرة: ٥٤
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sembahanmu), maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (al-baqarah:54)

                        Yakni hendaklah sebagian kalian membunuh sebagian yang lain, atau secara tekstual dapat diartikan dengan  فاقتلوا انفسكم بانفسكمmaka bunuhlah diri kalian dengan diri kalian sendiri). Dalam kenyataannya, ini senada dengan apa yang terdapat dalam kitab keluaran bab 32 pasal 27, yang merupakan sumber kalimat-kalimat al-Quran, dan barang kali para sarjana tafsir (mufassir) klasik yang kapasitasnya cukup diperhitungkan (misalnya Qatadah dari Bashrah, meninggal 117H/735M menyebutkan bukti atas hal itu) telah menemukan (menganggap) masalah bunuh diri atau membunuh orang yang berdosa diantara mereka sebagai perbuatan yang sangat kejam dan tidak setimpal dengan dosa yang dilakukannya. Maka kemudan mereka berinisiatif (membaca) kekosongan huruf keempat dari beberapa bentuk huruf yang tidak berbuny (tidak dapat dibaca) ini, yaitu             قيلوافاء         ,dengan dua titik di bawahnya  sebagai ganti dari huruf ta’ yang bertitik dua di atas. Maka mereka membaca فأقيلوا انفسكم yang bermakna: bersungguh-sungguhlah untuk bertaubat (kembali) dari apa yang kalian perbuat dengan menyesali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Contoh ini secara praktis menunjukkan, bahwa sebuah pengamatan obyektif telah turut berperan dalam menyebabkan munculnya perbedaan qiraat. Hal ini berbeda dengan contoh-contoh sebelumnya yang perbedaannya muncul semata-mata dari ambiguitas artistic yang dikembalikan pada bentuk tulisan itu sendiri.

4.  Mengenai Filsafat
                        Persoalan-persoalan dalam Kalam seperti qadha dan qadar, penciptaan alam dan Tauhid membantu untuk masuknya filsafat Yunani. Filsafat Yunani, Plato dan Aristoteles dan Neo-Platonik merupakan filsafat Islam. Menurutnya perkembangan dogmatis islam berlangsung menurut jejak alam pikiran yunani; di dalam system hukumnya pengaruh hukum Romawi tidak bisa disangsikan; organisasi menunjukan adaptasi ide-ide politik Persia, ilmu islam menggunakan cara-cara berpikir Neoplatonisme dan Hindu. Pada setiap bidang tersebut Islam menunjukan kemampuannya untuk menyerap dan melebur unsur-unsur asing itu dengan sedemikian tuntasnya, sehingga ciri-ciri asing tersebut hanya bisa dideteksi dengan analisis terhadap riset kritis secara cermat.


C.            Metode yang Digunakan Ignaz Goldziher
a.       Eksploratif
            Dari biografinya Ignaz Goldziher terlihat sangat antusias dalam mengaji Islam itu baik dari segi kualitas dan keabsahan islam itu, meskipun secara keseluruhan hasil dari penelitian beliau belum mencapai konprehensif. Hal itu terlihat bahwa Ignaz menghabiskan waktu enam bulan di Leiden untuk memfokuskan diri mempelajari Islam sehingga menjadikan Leiden sebagai sekolah kajian Islam terbesar dan terkenal di Eropa dan Ia juga merupakan orang non muslim pertama yang mendapatkan izin untuk menjadi murid di mesjid Universitas al-Azhar dan Ia adalah orientalis pertama yang melakukan kajian tentang Hadis. Nampaknya dari penjelajahannya untuk mendalami kajian hadits itu terlihat bahwa ia menggunakan metode eksploratif yang mana ia merasa tidak puas hanya dengan kajian yang telah ia dapatkan sebelum ia mengkaji di Universitas Al-Azhar.
b.      Metode Sintesis
                                    Tidak hanya metode eksploratif saja yang ia gunakan, tapi ia menggunakan metode sintesis yang menggabungkan hasil pemikiran-pemikiran nabi Muhammad dengan pengetahuan yang telah dia pelajari mengenai ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen. Dalam hal ini Ia mengumpulkan data-data mengenai pemikiran nabi Muhammad kemudian Ia gabungkan dengan ide-ide dan peraturan-peraturan Yahudi dan Kristen yang mana menurutnya, nabi Muhammad itu mengambil intisari-intisari dari konsep Yahudi dan Kristen dan kemudian selanjutnya ditangkapnya sebagai wahyu Ilahi.
c.       Metode Komparatif
            Metode komparatif pun di gunakannya dalam masalah filsafat dan hadits. Dalam hal ini pemikiran yang bersangkutan dengan metode yang digunakannya Ignaz adalah Ia membandingkan antara hadits yang melarang ditulisnya hadits dan perintah ditulisnya hadits yang menurutnya hadits yang berisi larangan menulis hadits itu berasal dari ahl ar-ra’y dan hadits yang berisi perintah untuk menulis hadits adalah berasal dari para muhaddits. Mengenai filsafat pun ia menggunakan metode ini. Ia mempelajari pemikiran-pemikiran para filosof Islam dan filosof Yunani, seperti Plato, Aristoteles dan Neo-Platonik dan kemudian ia bandingkan pemikiran-pemikiran mereka. Sehingga mendapat kesimpulan bahwa filsafat Islam itu sama seperti filsafat Yunani. Pendekatan yang ia gunakan adalah pendekatan historis yang mana ia mengkaji latarbelakang masuknya filsafat Yunani ke dalam dunia Islam.   
d.      Metode Analisis-Historis
            Metode analisis-historis seringkali  juga digunakan oleh Ignaz, hal ini nampak dari hasil pemikirannya mengenai hadits yang ia telusuri data-datanya melalui latarbelakang terjadinya hadits yang dibuat-buat oleh Ibnu Syihab Az-Zuhry yang menurutnya hadits tersebut merupakan hadits maudhu’ karena dilatarbelakangi oleh konflik yang terjadi pada masa pengkodifikasian hadits pada masa itu yang mana menurutnya hadits yang dibuat-buat oleh Az-Zuhry itu merupakan dorongan dari Khalifah ‘Abd al-Malik Ibn Marwan untuk mencegah orang-orang Syam berhaji ke Mekah. Pencegahan ini dilakukan karena khawatir mereka dipaksa membaiat Abdullah Ibn Zubair.pendapatnya ini bersandarkan pada pernyataan al-Ya‘qûbî dalam kitab Târîkh-nya.

            Hasil pemikirannya mengenai pemalsuan hadis untuk memojokkan ‘Ali demi membela kepentingan Utsman. Dalam hal ini Glodziher menyimpulkan pemikirannya  berdasarkan keterangan yang terdapat dalam tarîkh karangan al-Thabâry. Sedangkan pendekatan yang ia gunakan dalam hal ini adalah Historis-Fenomenologis, yaitu pendekatan yang hanya ditujukan terhadap unsur matan hadits (teks), yang cakupannya adalah aspek politik, sains, maupun sosio kultural, tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan unsur sanad sampai kepada Nabi. Hal ini disebabkan oleh Goldziher yang secara tegas memang tidak menerima metode kritik sanad sebagai metode ilmiah. Kondisi yang demikian berbeda dengan para Muhaditsin umumnya menganggap bahwa kritik sanad lebih urgen dari pada kritik matan, sedangkan Ignaz dan sejarawan pada umumnya mementingkan kritik terhadap teks/matan, sebab Ignaz dan Sejarawan bergerak dengan asumsi bahwa sumber informasi tidak selamanya benar.
            Dalam bukunya “Madzhab Tafsir”, dia membagi fase sejarah dan perkembangan tafsir menjadi tiga periode. Periode pertama, Tafsir pada masa perkembangan madzhab-madzhab yang terbatas pada tempat berpijak Tafsir bi al-Ma’tsur. Periode kedua, Tafsir pada masa perkembangannya menuju madzhab-madzhab ahli ra’yi yang meliputi aliran akidah (teologis), aliran tasawuf, dan aliran politik keagamaan. Dan periode ketiga, Tafsir pada masa perkembangan kebudayaan/keilmuan Islam yang ditandai dengan timbulnya pemikiran baru dalam keislaman oleh Ahmad Khan, Jamalauddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.

D.    Pendekatan Yang digunakan Ignaz Goldziher
a.       Linguistic
Dari biografi beliau dapat dibaca bahwa beliau sangat ahli dalam beberapa bahasa di antaranya bahasa  Asia, temasuk bahasa Turki dan Persia. Dari beberapa bahasa inilah beliau gunakan untuk mengkaji islam baik dari segi literatur budayanya maupun isi dari ajaran islam itu sendiri.

b.      Sosiogis
Dalam mengkaji islam beliau langsung menuju pusat islam yang ada di timur, yaitu kairo, mesir. Dan disana beliau langsung belajar dari culture dan isi dari ajaran isam itu sendiri. Apalagi di biografinya telah dijelaskan bahwa beliau pada waktu di mesir diberi kesempatan belajar di universitas al-Azhar.
c.       Historis
Approach beliau dalam mengaji hadits terlihat jelas menggunakan historis, karena beliau menoleh ke masa silam tentang pengkodipikasiaan hadits, di pemikiran beliau terlihat jelas bahwa beliau meragukan ke otentikan hadis yang baru dibukukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Total Tayangan Halaman

Entri yang Diunggulkan

SIDANG EMAS, DESA YANG PUNYA SEGALANYA

Sahabat Wisnoe ...... Pada kesempatan ini, Sabtu 21 Oktober 2017 pukul 10:42 kita akan membicarakan sedikit tentang desa kelahiran...

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.