Sahabat Wisnoe . . . .
Mungkin banyak diantara kita belum mengenal sosok berikut ini namun yakinlah pemikirannya akan sedikit membukakan wawasan baru bagi kita, ialah beliau Adian Husaini.
Mungkin banyak diantara kita belum mengenal sosok berikut ini namun yakinlah pemikirannya akan sedikit membukakan wawasan baru bagi kita, ialah beliau Adian Husaini.
a.
Biorgrafi dan Latar Belakang Akademis
Secara singkat
biografi Adian Husaini adalah seperti terlampir dalam bukunya yang berjudul “Penyesatan
Opini: Sebuah Rekayasa Mengubah Citra”. Beliau lahir di Bojonegoro, 17
Desember 1965. Beliau pernah belajar di Madrasah Diniyah Nurul Ilmi Padangan
Bojonegoro (1971-1977), pernah nyantri di Pondok Pesantren Ar-Rasyid Kendal
Bojonegoro (1981-1984), di Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor (1988-1989), serta
di LIPIA Jakarta (1988).[1]
Adian Husaini
lahir dari keluarga santri yang kuat aktivitas agamanya, sehingga sejak kecil
beliau telah mendapatkan pendidikan agama dengan pola pendidikan pesantren
seperti terlihat dalam rentetan lembaga-lembaga pendidikan yang dilaluinya.
Sekitar kelas empat sekolah dasar beliau telah mendapat asupan pelajaran
tentang akidah, fikih, serta hadits dan bahasa Arab. Pada usia demikian juga
beliau telah “bergaul” dengan kitab-kitab kuning seperti Kutubul Mu’tabaroh,
Sulamu At-Taufiq, Safinatun Najah, Aqidatul Awam. Pendidikan agama beliau
ditempuh di langgar Al-Muhsin Desa Kuncen Padangan Bojonegoro dan beberapa
pesantren selanjutnya, sedangkan pendidikan formal beliau tempuh di SD Banjarjo
1, SMPN 1 Padangan Bojonegoro, SMAN 1 Bojonegoro. Kecintaan akan agama beliau
telah terpupuk sejak kecil karena selain terlahir dari keluarga santri, beliau
juga banyak membaca artikel Buya Hamka, majalah Panji Mas, dan majalah Muslimun
sejak ia masih duduk di bangku SMP. Hal ini juga yang akhirnya membentuk
kecerdasan beliau yang dapat dikatakan sangat mumpuni.
Setelah
menamatkan pendidikan di SMA, Adian Husaini meneruskan perjalanan pendidikannya
ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pada masa kuliah di IPB ini kegiatan
keagamaannya tidak pernah surut, bahkan semakin intens dalam mengkaji
diskusi-diskusi keagamaan. Beliau mulai berkenalan dengan beberapa aktivis
mahasiswa Islam yang mampu memompa semangatnya dalam mempelajari Islam. Setelah
menamatkan kuliah strata satu di Institiup Pertanian Bogor, beliau melanjutkan
kuliah di Universitas Jayabaya jurusan Hubungan Internasional, dan sempat
belajar di LIPIA Jakarta. Beilau kemudian melanjutkan S3 di bidang Pemikirang
dan Peradaban Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilization-International
Islamic University Malaysia (ISTAC UHM), dan ketika pada kurun inilah Adian
Husaini memperoleh kematangan intelektual di bawah asuhan Wan Daud.
Pada awalnya,
Adian Husaini hendak melanjutkan studi di Amerika, namun dilarang oleh seorang
tokoh INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations)
yang bernama Hamid Fahmi Zarkasyi, yang ketika itu sedang menyelesaikan kuliah
S-3 di ISTAC. Hamid Fahmi mengatakan kepada Adian Husaini bahwa kampus ISTAC
adalah kampus yang luar biasa, dan kemudian membawa Adian Husaini kepada Prof.
Wan Muhammad Nur.
Adian Husaini
merasa kagum dengan arsitektur kampus ISTAC dan yang lebih lagi adalah
kekagumannya kepada mata kuliah yang memadukan antara Al-Qur’an dan Hadits,
serta sekaligus mendapatkan kewajiban mengambil mata kuliah filsafat Barat,
sejarah peradaban Barat, Sains Barat, sampai pada mata kuliah bahasa Yunani dan
Latin. Adian Husaini sendiri merupakan seorang tutor Bahasa Latin. Selain itu,
Adian Husaini merasa tertarik kuliah di ISTAC karena pernah dijanjikan beasiswa
oleh Prof. Wan Muhammad sebanyak Rp. 2,5 juta walaupun tidak terrealisir karena
terjadi pergantian pimpinan. Untuk menutup biaya kehidupan di Malaysia, beliau
berhutang kepada “Dompet Dhu’afa Republika” sebanyak sepuluh juta rupiah,
selain itu beliau mendapat bantuan biaya pendidikan dari “Gema Insani Pers”,
sebuah toko buku yang menerbitkan sebagian besar karya Adian Husaini, maupun beasiswa
dari Radio Dakta.
Adapun kegiatan
ilmiah beliau adalah seperti menjadi wartawan di majalah Media Dakwah, beliau
juga pernah menjadi wartawan di harian Warta Buana (1990-1993), harian
Republika (1993-1997), Redaktur Pelaksana di tabloid ABADI dan tabloid ekonomi
Daulat Rakyat, dosen di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, penceramah di Pengajian
Umum Ahad Pagi di Pesantren Husnayain Pekayon Jakarta Timur, sekarang aktif di
KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam), anggota Komisi Kerukunan
antar-Umat Beragama MUI Pusat, pernah menjadi pengajar di Pondok Pesantren
Darut Taqwa Cibinong, serta berbagai kegiatan ilmiah lainnya semisal diskusi
dan ceramah ilmiah.
b.
Pokok Pemikiran Adian Husaini
Sebagai salah
satu dari insider yang mumpuni pemahamannya dalam kajian agama, Adian Husaini
berdiri dan mengemuka dengan bekal pemikiran yang tentunya urgen untuk
diperhitungkan dalam perbincangan publik, khususnya dalam ranah diskusi
keagamaan. Secara garis besar pemikiran Adian Husaini mengerucut menjadi tiga
bentuk yaitu sebagai berikut:
i. Wacana Tafsir
Sesuai dengan
latar belakang pendidikannya yang berkonsentrasi pada kajian Tafsir dan Hadits
ketika beliau kuliah, maka wacana yang ada dalam pemikiran beliau pun tidak
akan lari jauh dari kontek Tafsir. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sebagian
besar karya beliau adalah kajian tentang Tafsir. Dan dalam kajian ini, bagian
yang paling disinggung oleh Adian Husaini adalah tentang penggunaan
hermeneutika sebagai salah satu instrumen dalam memahami dan mengkaji tafsir
al-Qur’an. sebut saja dalam karyanya yang berjudul “Hermeneutika dan Tafsir
Al-Qur’an”, beliau mempertanyakan tentang keabsahan dan kelayakan
hermeneutika sebgai metode ilmu tafsir serta akibat dari penggunaan
hermenneutika tersebut dalam pemikiran umat muslim secara keseluruhan. Menurut
Adian Husaini, Hermeneutika adalah produk barat yang akan digunakan untuk
menghancurkan keyakinan dan pemikiran umat Islam.
ii. Wacana Pluralisme-Liberalisme
Adian Husaini juga fokus membahas pluralisme-sekularisme agama-liberalisme. Beliau menilai bahwa liberalisme dan pluralisme adalah alat yang digunakan barat untuk merusak agama dan peradaban Islam, serta menghapus trauma barat terhadap supremasi peradaban Islam yang sempat mereka saksikan dahulu. Ada kecurigaan bahwa barat sengaja menciptakan konsep-konsep semacam liberalisme dan pluralisme untuk meruntuhkan moralitas Islam dalam tubuh umat Islam. Dalam bukunya yang berjudul “Islam Liberal” dijelaskan tentang persepsi salah serta penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan barat dalam bingkai leberalisme dan pluralisme. Kemudian pemikiran beliau akan liberalisme ini pun kembali dibahas dalam bukunya yang berjudul “Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal”, bahwa di balik liberalisme dan sekularisme terdapat kepentingan barat untuk menguasai peradaban.
iii. Barat vs Islam
Secara tidak
langsung Adian Husaini telah ikut serta menempatkan diri dalam pergulatan Barat
vs Islam yang telah diciptakan oleh beberapa tokoh sebelumnya. Beliau berpendapat
bahwa telah terjadi gap yang berakhir pada permusuhan antar Islam dan barat.
Barat begitu gencar melakukan perlawanan terhadap Islam dengan hard-fighting
dan soft-fighting. Kemudian beliau juga mengenalkan konsep ghazwul
fikri atau perang pemikiran yang telah ditabuhkan sejak lama. Barat terus
menciptakan “senjata-senjata” semacam hermeneutika, pluralisme, dan liberalisme
untuk merontokkan hegemoni peradaban Islam.
iv. Faith Protecting
Dari beberapa
bentuk pemikiran tadi, faith
protecting merupakan pemikiran yang paling utama dari seorang Adian
Husaini. Aktivitas dan gerakan-gerakan ilmiah dan keagamaannya, serta jenis
kajian lainnya adalah beertujuan untuk melakukan pemeliharaan akidah umat Islam
dari pengaruh liberalisme, sekularisme, pluralisme, hermeneutika, serta
produk-produk barat lainnya yang diasumsikan dapat mengancam keyakinan umat
Islam. Tema inti dari karya-karya serta diskusi beliau adalah penyadaran umat
Islam terhadap ancaman dan teror barat yang diyakini senantiasa “mengintai”
umat Islam. Atau dapat dikatakan bahwa orientasi dari setiap buah pemikiran
beliau adalah upaya penjagaan akidah umat Islam.
c.
Pendekatan dan Metode
Berdasarkan
analisa penulis, bahwa ada beberapa macam bentuk pendekatan Adian Husaini dalam
mengekspresikan pemikirannya, yaitu seperti berikut ini:
a.
Pendekatan Teologis
Adian Husaini
mencoba membangunkan kesadaran teologis umat Islam bahwa keyakian yang
dipercayai oleh umat Islam tersebut sedang berada dalam ancaman pemikiran barat
yang notabene bertolak belakang dan bermusuhan dengan keyakianan umat Islam.
b.
Pendekatan Tafsir Normatif
Menurut beliau,
salah satu medan atau wilayah yang menjadi target utama barat dalam mengikis
keyakinan dan peradaban Islam adalah wilayah tafsir ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadits. Karena dari hasil penafsiran itulah lahir bentuk-bentuk keputusan dan
sikap umat Islam dalam kehidupan dan peradabannya. Menurut Adian Husaini,
penafsiran al-Qur’an dan Hadits tersebut haruslah sesuai dengan asas
normativitas tanpa campur tangan hermeneutika.
c.
Pendekatan Jurnalistik Kontrainformasi
Dengan
kapabilitasnya dalam bidang jurnalistik yang mumpuni, Adian Husaini mencoba
menampik informasi-informasi dari barat dengan mengemukakan premis-premis yang
bersifat kontra dengan informasi dari barat. Yang dimaksud dengan informasi di
sini adalah pemikiran-pemikiran yang terbungkus dalam berbagai macam model
kemasan. Banyak tulisan-tulisan dari Adian Husaini yang bersifat
kontrainformasi dalam menanggapi pemikiran-pemikiran barat.
d.
Pendekatan History (Romantisme Sejarah)
Adian Husaini
yakin bahwa barat memiliki trauma terhadap peradaban Islam yang dulu sempat
menguasai dunia. Hal ini merupakan salah satu motivasi barat untuk
menghancurkan peradaban Islam. Maka Adian Husaini mencoba membangkitakan
romantisme sejarah tentang kemegahan dan kemenangan peradaban Islam dahulu atas
peradaban barat.
Adapun metode
yang beliau tempuh dalam aplikasi pendekatan dan pemikirannya adalah sebagai
berikut:
a. Metode Doktriner (Media Dakwah)
Dalam setiap
karya dan diskusi yang beliau berikan sejatinya memuat nilai-nilai ajakan dan
dakwah kepada al-Qur’an dan Hadits.
b. Metode Analisa Teks (Text Analyzing)
Di samping
meyakini otoritas teks Al-Qur’an dan Hadits tanpa harus ada campur tangan
penafsiran sumber-sumber baru, beliau juga menyampaikan ide-idenya dengan
mengedepankan nilai teks, dibuktikan dengan karya-karya beliau dalam membahas
berbagai permasalahan.
c.
Metode Deskripsi Kritis
Beliau
mendeskripsikan beberapa isu yang menjadi perbincangan, kemudian dihadapkan
kepada argumen yang beliau ajukan sebagai pembantahnya. Contohnya adalah
deskripsi beliau tentang sejarah peradaban dan pemikiran barat sebelum beliau
kritisi pemikiran dan peradaban barat tersebut dengan argumen-argumennya.
0 komentar:
Posting Komentar