Sahabat Wisnoe....
Pada Jum’at, 20 Oktober 2017 ini
kita akan membahas peranan masjid sebagai sarana ibadah berbisnis. Tentu judul
ini menimbulkan pro-kontra dikalangan umat Islam, terutama umat Islam yang
dikenal dengan ekstrimis atau fundamental. Bagaiamana tidak? Masjid yang
diidientikkan dengan sarana ibadah mahdoh (makhluk kepada Tuhan-Nya),
yang artinya tidak boleh ada kegiatan apapun selain hanya beribadah kepada
Allah SWT, bahkan dalam sebuah hadis nabi Muhammad SAW, beliau melarang umatnya
untuk berbicara keduniaan di dalam masjid, bayangkan saja! barbicara tentang
keduniaan saja tidak boleh di dalam masjid apalagi menjadikan masjid sarana
untuk berbisnis. Tentunya ini sangat menarik jika dibahas secara detail
komponen batasan dengan sarana ibadah bisnis di dalam masjid.
Masjid merupakan rumah Allah SWT
dan menjadi sarana ibadah yang tak tergantikan umat Islam di dalam ritus
keagamaannya. Bahkan nabi SAW melarang umatnya yang bertetangga dengan masjid
untuk sholat di rumah apabila mereka berdekatan rumah dengan masjid. Tentu hal
ini memberikan pengertian secara sederhana kepada kita bahwa masjid merupakan
tempat sholat dan beribadah. Namun, di zaman yang serba canggih dan modern ini,
rasanya sulit untuk tidak mengikuti perkembangan serta kemajuan zaman. Jika
kita hanya berfikir bahwa masjid hanya sebagai sarana ibadah sholat, maka
masjid akan sepi dan sepi seperti sekarang ini. Satu-satunya agenda yang
membuat masjid rame ialah sholat idul fitri dan idul adha, sisa dari kedua
agenda tahunan tersebut masjid sepi, terutama sholat subuh. Ada perspektif
sebagian umat Islam yang mengatakan bahwa sholat tidak menghasilkan uang, dan
yang lebih menyedihkan lagi kata mereka, masjid pun tak dapat membantu dirinya
sendiri ketika ada keramik masjid yang pecah, genteng masjid yang bocor, warna
cet yang pudar dan lain sebagainya.
Dari beberapa faktor diatas,
patutlah bagi kita warga muslim untuk mengeser sedikit pemikiran kita yang
jumud dan ketinggalan tentang masjid. Memang benar masjid merupakan sarana
ibadah sholat, berzikir, majlis ta’lim dan sarana ibadah yang lainnya. Namun
kita tidak bisa membangun masjid dengan modal ibadah semata, Wala tansa
nashibaka minad dunya kata Allah dalam salah satu firman-Nya. Kita tidak
bisa mengandalkan dari shodaqoh, infaq dan zakat saja untuk mengembangkan
dan membangun masjid, karena hal itu tidaklah cukup bahkan sering kali kita
melihat pembangunan masjid mengandalkan uluran tangan manusia di jalan-jalan,
tentu hal ini sangatlah menyedihkan dan memprihatinkan. Masjid perlu listrik,
bensin jenset, alat pembersih untuk memberikan kenyamanan jama’ah masjid yang
berada di dalamnya. Kalau hanya mengandalkan infaq jum’atan yang hanya 50 ribu
seminggu, tentu hal itu tak dapat apa-apa, kalau hanya mengandalkan zakat
fitrah dan zakat mall kelamaan dan masjid membutuhkan hal tersebut
setiap hari, ataukah kita mengandalkan dari uluran tangan orang sholeh dinegeri
ini, kayaknya ini sangat mustahil, karena kebanyakan orang sholeh dinegeri ini
hanya topeng saja, tidak ada yang benar-benar sholeh. Orang sholeh dinegeri ini
hanya memikirkan keluarga dan golongannya saja. Mereka tidak benar-benar ingin
membangun masjid, kalau pun mereka memberikan bantuan kepada masjid, mereka
minta difoto dan disebutkan namanya, supaya semua orang tahu kalau dia orang
sholeh yang rajin ibadah infaq dan shodaqoh kepada masjid. Na’uzubillah min
dzalik, itulah fenomena masjid di era modern ini, sangat memprihatinkan dan
mengenaskan.
Ada beberapa solusi untuk menjadikan masjid berwibawah
dan mewah, sehingga masjid tidak dikenal dengan kumuh dan jorok, yaitu Masjid
bertransformasi menjadi lembaga Ibadah Bisnis. Pernahkah kita membayangkan
masjid memiliki aset ruko 10 pintu, masjid memiliki aset properti, masjid
memiliki supermarket dan masjid memiliki kebun karet dan sawit, dan pernahkan
kita membayangkan jikalau masjid memiliki ribuan bahkan jutaan karyawan,
alangkah indahnya negeri ini, mungkin inilah yang Allah maksudkan di dalam
firman-Nya dengan istilah baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Jika hal
ini terjadi dan masjid memiliki aset-aset tersebut, tentu kita akan menyaksikan
masjid disetiap persimpangan jalan dengan bentuk yang indah dan nyaman
beribadah di dalamnya. Bahkan kita tidak perlu lagi menyaksikan masjid kosong,
karena hampir dipastikan masjid akan penuh setiap 5 waktunya, dikarenakan
orang-orang akan percaya dengan penuh bahwa masjid tidak hanya menjadi tempat
ibadah yang khusu’ tetapi juga dapat menentramkan jama’ahnya yang sedang pusing
memikirkan pekerjaan. Penulis juga dapat memastikan orang-orang akan lebih
banyak belajar tentang agama dan ilmu dunia dalam satu kesempatan, karena hal
itulah akan menjadi penting bagi mereka yang hendak beribadah dan bekerja
dengan masjid. Semoga bermanfaat...
it good artikel..
BalasHapus